Langsung ke konten utama

Postingan

Selamat Ulang Tahun (ditulis tgl 13 Agustus 2017)

Malam ini ditempat terakhir kami bertemu. Hampir sebulan yang lalu. Aku masih ingat wajahnya waktu itu, senyumnya, matanya, masih saja mempesona. Aku suka waktu dia memegang pena, aku suka melihat dia terlihat tidak nyaman make sepatu kantoran yang feminim itu. Waktu merubahnya sangat banyak. 2 bulan sebelumnya kami juga bertemu disini, di coffeeshop ini. pertemuan itu tidak kami rencanakan. Aku suka cara Tuhan menulis skenario ku dengannya, setidaknya sampai dia kebingungan menentukan pilihan. Waktu itu aku masih ingat, aku baru saja menuju parkiran coffeeshop ini bersiap untuk pulang. mata ku tertuju ke seberang jalan, sekitar 12 meter dari tempat ku berdiri. Aku tidak tau kenapa harus memandang sampai sejauh itu. Lampu merah baru saja berganti warna jadi hijau, diantara keramaian kendaraan yang lewat, aku melihatnya. Aku yakin sekali, itu dia. Sedetik kemudian, dia melihat ke arah ku. Andai saja malam tak segelap ini, aku pasti bisa dengan jelas melihat matanya. Aku tetap memut
Postingan terbaru

Jawara

Aku tidak pernah kalah, aku benci kalah. Aku tidak boleh lari. Mereka cuman berlima. Sebelum ini aku pernah menjatuhkan 10 orang tanpa terkena pukulan sekali pun. Walaupun fisik dan kemampuan mereka tidak sepadan jika dibanding 3 orang yang yang berdiri didepan ku sekarang. 2 orang lain, bisa ku bilang tidak masuk hitungan, dari cara berdirinya terlihat jelas cuman sekedar petarung jalanan, masih amatir, bagiku mereka berdua tidak lebih dari tukang palak di gang kecil. Salah satunya malah terlihat cukup tua, kakinya gemetaran memasang kuda-kuda. Aku heran kenapa Risko memilihnya menjadi anggota. Aku mengenal mereka semua, setidaknya dari desas-desus yang sampai ke telinga ku ditambah informasi yang ku dapat dari adik ku. Dia seorang polisi, semasa hidupnya, dia selalu menceritakan kasus yang sedang dia tangani. Tidak ada rahasia yg dia sembunyikan dari ku. Diantara mereka berlima, yang bertubuh paling besar namanya Key, orang nomor tiga yang paling berpengaruh di kelompoknya. Tinggin

Cermin

" Tak ada kapoknya juga kau!" Seorang dari dalam cermin membentak ku. Wajahnya memerah, tegas, matanya membelalak, suaranya cukup buat wajah ku tertunduk takut. "apa yang kau cari? Ha? Dunia ini cuman visualisasi dari apa yg kau pikirkan, dunia ini fiktif. Njing!" dia tak berhenti mengoceh. "jika dunia ini fiktif, terus kamu itu apa?", pikir ku. Tak ada suara. "apa sudah selesai? apa dia sudah hilang?" ku angkat wajahku perlahan, dia mengikuti ku, selaras dengan gerakan ku. Ku usap rambut keriting yang sudah 6 bulan belum ku potong, dia pun begitu. Ku gerakan kepalaku, ku dekatkan wajah, mencoba menggodanya dengan senyum. Dia masih mengikuti ku. "ah akhirnya selesai" habis pikir, niat melebarkan senyum menjadi tawa, belum sedetik kemudian. Suara teriakan keluar dari dalam cermin, seolah amarahnya sudah ditahan lebih dari seabad. "Aaarrrrrrrrgghhhhhhhhhhhh........ Makhluk lemah macam apa kau ini? Kau kira aku tidak tau apa ya